Apakah dengan itu kita tidak perlu memahami mode manual? jawabannya tergantung sejauh mana kepentingan pemotret. Namun yang jelas mode manual menawarkan fleksibiltas dan kreativitas dalam menghadapi situasi apapun dan dalam menghasilkan foto yang benar-benar sesuai dengan kehendak artistik kita. Karena foto yang benar belum tentu foto yang baik.
Oke mari kita kembali ke mode auto dan mode scene yang paling banyak digunakan:
- Mode Auto (A)Tidak perlu penjelasan apapun, pada
intinya kita percayakan pemilihan keseluruhan setting
(shutter-aperture-ISO-White Balance & Flash jika ada) pada otak di
kamera. Kamera akan berusaha menebak karakteristik seluruh obyek dalam
frame serta kondisi cahayanya lalu menentukan semua besaran setting
diatas. Mode ini efektif untuk pemula, tetapi hanya menghasilkan foto
yang benar namun bukan luar biasa.
- Mode Portrait (biasa dilambangkan dengan ikon
dengan kepala wanita)Kamera akan memilih DOF yang sempit (angka aperture
sekecil-kecilnya) sehingga obyek yang di foto akan terisolasi dari
background, sehingga ruang fokus hanya akan berada pada subyek saja
sementara background terlihat kabur.
- Mode Macro (biasa dilambangkan dengan ikon bunga)
Mode ini diperlukan saat kita ingin mengambil foto benda-benda kecil dari jarak dekat (close-up). Dengan mode ini, kita bisa mendekatkan ujung lensa sedekat-dekatnya (biasanya antara 2-8 cm dari obyek) sehingga benda sekecil apapun akan terlihat cukup besar dan detail. Dalam jarak sedekat ini, kita harus mengusahakan agar bidang obyek yang difoto sejajar dengan kamera, dan sebisa mungkin menggunakan tripod sehingga hasilnya tajam dan bidang fokusnya cukup.Akan saya pakai saat:
- Saya memotret bunga, serangga, kupu-kupu, atau uang koin. Atau,
- Saya akan memotret makanan sehingga memenuhi seluruh frame foto saya - Mode Sport (biasa dilambangkan dengan ikon orang
berlari)Mode ini dirancang untuk membekukan gerakan. Di mode ini, kamera
akan memperkecil shutter speed sekecil mungkin sehingga ketika membidik
subyek bergerak foto yang dihasilkan akan tetap tajam. Flash akan
dimatikan dan hanya bekerja saat cahaya cukup. Akan saya gunakan
ketika:
- Saya memotret anak saya yang sedang menggiring bola - Saya akan memotret sebuah mobil yang sedang melaju - Mode landscape (biasa dilambangkan dengan ikon
gunung)Mode ini adalah kebalikan dari mode portrait. Kamera akan
menggunakan angka aperture sebesar mungkin, sehingga bidang fokus foto
(Depth of Field – DOF) bisa seluas mungkin. Dengan begitu keseluruhan
bagian foto dalam frame akan tajam. Sesuai namanya, mode ini didesain
dipakai saat kita memotret pemandangan alam, namun juga bisa digunakan
saat memotret orang namun kita ingin background tetap terlihat tajam.
Saya gunakan mode landscape saat:
- Memotret terasiring yang indah di Bali - Memotret 10 orang yang berpose didepan Candi Borobudur - Mode Night (dilambangkan dengan ikon bintang atau
bulan)Mode ini didesain untuk bekerja dalam kondisi cahaya yang minim,
baik saat malam maupun kita berada dalam ruangan yang remang. Kamera
akan menaikkan ISO supaya dalam kondisi remang-pun sensor masih mampu
menangkap cahaya dengan baik, mode ini juga berusaha membuat shutter
speed yang lebih lama sehingga gambar tidak terlalu kabur dan biasanya
secara otomotis flash bawaan kamera akan ikut menyala. Saya memakai
night mode saat:
- Mengambil foto dalam sebuah pesta malam - Memotret jalanan dimalam hari - Mode Beach / Snow Menyeimbangkan eksposur supaya
putih-nya salju atau pasir pantai tidak kehilangan detailnya dan juga
tidak terlalu pucat dengan menaikkan eksposur. White balance diset di
sinar matahari.
- Mode FireworksTanpa flash, shutter speed diset
lumayan lama untuk merekam pergerakan percikan kembang api dengan baik.
Mode ini sebaiknya diimbangi dengan memakai alat bantu untuk
menstabilkan kamera supaya tidak goyang, misal tripod.
- Mode Panorama – memotret urutan foto yang nantinya akan digabung sebagai panorama
sumber
No comments:
Post a Comment