Tuesday, March 12, 2013

Memahami Piksel Dan Resolusi

sumber

Dalam artikel ini, kita akan mencoba memahami apa itu piksel, megapiksel dan resolusi foto digital. Dan apakah megapiksel adalah faktor penting dalam menentukan kamera mana yang sebaiknya anda beli?


Piksel dan Megapiksel

Sebuah foto digital tersusun atas jutaan titik kecil bernama piksel (pixel). Pixel sendiri adalah kata yang berasal dari singkatan Picture Elements. Masing-masing piksel membawa informasi yang menentukan warna (hue), kekuatan warna tersebut (saturation) dan seberapa terang warna tersebut ditampilkan (brightness).

Karena hampir semua foto terdiri dari jutaan piksel (1 megapiksel = 1 juta piksel), maka mata telanjang kita hampir tidak bisa mengenali lagi sebuah piksel secara terpisah, yang terlihat adalah satu kesatuan utuh foto dengan gradasi halus antara terang-gelap, pergeseran warna dan tone.

Kalau mau melihat sebuah piksel, sesekali cobalah resize resolusi foto karena . Seperti foto dibawah ini, foto ini memiliki ukuran resolusi 600×450 piksel. Diukuran yang lumayan kecil seperti ini kita masih belum bisa melihat sebuah piksel, semua tampak halus dan mulus.
Piksel megapiksel resolusi 1

Namun dengan mengubah resolusi menjadi 100×75 piksel, kita mulai bisa melihat bagaimana piksel menyusun foto:

Piksel megapiksel resolusi 2

Apalagi dengan resolusi rendah 40×30 piksel, masing-masing kotak piksel akan mulai terlihat seperti susunan puzzle. Kita bisa melihat piksel demi pikselnya – fenomena ini biasa disebut pixelate:

Piksel megapiksel resolusi 3


Resolusi Foto Untuk Print dan Layar Monitor

Resolusi sebuah gambar digital diukur dalam pixel per inch (ppi – piksel per inchi), dan resolusi standar untuk kualitas foto adalah 300 ppi. Jadi kalau kita tahu berapa megapiksel yang dimiliki sebuah kamera digital, kita bisa mengetahui ukuran print yang optimal untuk foto yang dihasilkan kamera tersebut.

Sebagai contoh, kita asumsikan sebuah kamera digital yang memiliki resolusi 6 Megapiksel (MP) dengan ukuran tepatnya adalah 2816 piksel (panjang) x 2112 piksel (lebar) – sehingga totalnya menjadi 6 MP. Untuk menghitung ukuran print optimum yang bisa dihasilkan kamera kita bagi 2816 x 2112 piksel dengan 300 ppi dan hasilnya adalah 9,5 dan 7 inchi. Jadi sebuah kamera digital dengan resolusi 6MP bisa menghasilkan print foto dengan ukuran 9,5 x 7 inchi atau 24 x 18 cm.

Untuk layar monitor, standar yang dipakai adalah 72ppi (Windows) dan 96ppi (Mac), jadi tampilah di layar monitor sebenarnya kalah jauh dibandingkan dengan resolusi standar untuk print (300 ppi). Artinya adalah, sebuah foto yang yang masih tampak bagus di monitor belum tentu bagus saat di print, namun sebuah foto yang mulai kelihatan pixelate saat di print di 300 ppi bisa jadi masih tampak halus di monitor komputer.


Tabel Megapiksel vs Ukuran Print Sebuah Foto

Dibawah ini adalah contoh tabel seberapa optimum kemampuan kamera anda menghasilkan sebuah foto yang di print pada 300 ppi atau 200 ppi. Secara umum, rata-rata kamera digital sekarang (yang mulai mendekati angka 24 megapiksel sebagai resolusi standar), memiliki kemampuan print  jauh lebih besar dibanding rata-rata kebutuhan pemakainya. Kecuali kalau kita memang ingin membuat poster ukuran raksasa yang di set di 200 ppi, kamera kita jarang sekali dipakai sesuai kemampuannya menghasilkan print foto, apalagi biasanya kita hanya memelototi sebuah foto di layar komputer.  Ukuran megapiksel sebuah kamera bukanlah faktor  terpenting saat anda ingin membeli sebuah kamera (baca 5 pertimbangan sebelum membeli kamera DSLR).

Kamera Ukuran Print (300 ppi) Ukuran Print (200 ppi)
6 Megapiksel 24 x 18 cm (9,5 x 7 in) 36 x 27cm (14 x 10,5 in)
7 Megapiksel 25 x 19 cm (10 x 7,5 in) 39 x 29cm (15,5 x 11,5 in)
8 Megapiksel 28 x 20 cm (11 x 8 in) 42 x 30 cm (16,5 x 12 in)
10 Megapiksel 33 x 20 cm (13 x 8,5 in) 49 x 33 cm (19,5 13 in)
12 Megapiksel 37 x 24 cm (14,5 9,5 in) 55 x 36 cm ( 21,5 x 14 in)
»»  BACA SELANJUTNYA...

Cara Membaca Indikator Exposure Kamera

Indikator exposure adalah salah satu bagian penting kamera, vital dalam memahami dan menggunakan mode exposure apapun: baik manual, aperture priority maupun shutter priority. Bagi pemula, pemahaman akan indikator exposure adalah jembatan yang membantu menyeberangi dunia auto exposure ke penggunaan manual exposure dan teknik kreatif lainnya. Indikator ini bisa kita analogikan dengan speedometer yang ada di dashboard mobil atau motor.


Untuk apa Indikator Exposure

Pada intinya indikator exposure adalah penanda berapa exposure yang kita pakai. Kalau anda masih ingat tentang segitiga exposure dan teori dasar exposure, exposure adalah hasil kombinasi dari 3 hal: setting aperture – shutter speed – ISO. Dan nilai exposure ditentukan oleh cara kita mengukur nilai terang gelap sebuah subyek foto, baca kembali tentang metering.


Posisi Indikator Exposure

Di kamera DSLR Canon, indikator expsoure tampak seperti ini:
Indikator exposure canon

Di kamera DSLR Nikon, indikator exposure tampak seperti ini:

Indikator exposure nikon

Sementara di rata-rata DSLR lain, indikator exposure akan tampak seperti ini:

Indikator exposure dslr lain

Kalau kita melihat panel LCD bagian atas sebuah kamera DSLR, letak indikator expsoure kira-kira seperti ini (beda kamera beda tampilan lho!):

Panel indikator kamera


Cara Membaca Indikator Exposure

Membaca indikator exposure tak beda dengan membaca skala dalam timbangan ataupun skala temperatur sebuah termometer. Dalam gambar diatas, kita ambil contoh indikator exposure kamera Canon: saat penanda ada di angka 0 maka artinya kita di titik netral (properly exposed), saat di angka -1 berarti underexposed 1 stop, saat di angka 2 maka overexposed 2 stop. Tanda minus (-) berarti under, sementara positif (tanpa tanda) berarti over.


Contoh Indikator Exposure

Contoh sebuah foto dengan exposure netral, lihat posisi indikator di angka 0:
Exposure netral
Contoh sebuah foto yang under exposure sebanyak 2 stop dan posisi indikatornya:
Exposure under
Perhatikan perbedaan notasi indikator exposure antara Nikon (indikator paling atas) dan Canon (indikator yang ada di tengah).


Berlatih Indikator Exposure Dengan Mode Manual

Ada beberapa cara dimana kita bisa melatih pemahaman dan menggunakan indikator exposure, salah satunya adalah dengan cara seperti dibawah ini:
  1. Set mode kamera di posisi Manual Exposure (M)
  2. Set ISO di posisi 200 (atau sembarang angka tapi jangan terlalu tinggi)
  3. Pencet tombol shutter release separuh untuk memerintahkan kamera melakukan metering
  4. Arahkan kamera ke subyek yang gelap, lihat posisi penunjuk exposure di indikator
  5. Sekarang arahkan kamera ke subyek yang terang, kembali lihat posisi penunjuk exposure di indikator
Setelah memahami indikator exposure, yang bisa dilakukan sekarang adalah menerapkannya dalam mode manual. Untuk menggeser posisi indikator anda bisa menggunakan exposure compensation dan atau mengubah settingan elemen penyusun segitiga exposure: aperture – shutter speed – ISO. Satu hal yang perlu diperhatikan: kita tidak harus selalu berusaha agar indikator berada di posisi 0 (nol yang berarti properly exposed), semua bergantung pada kondisi pencahayaan, teknik metering yang kita pakai dan tentu saja sentuhan visual yang ingin kita capai.

sumber
»»  BACA SELANJUTNYA...

Ilustrasi: Mengenal Bagian Utama Sebuah Lensa

Sebuah lensa kalau kita lihat dari luar akan tersusun dari bagian utama yang tampak seperti ini:
Gambar bagian lensa
Gambar diatas adalah ilustrasi untuk lensa Canon 24-70mm L series, dan lensa yang anda miliki bisa jadi memiliki bagian yang berbeda namun pada intinya sebuah lensa memiliki kesamaan fungsi dan nama.
Dari beberapa bagian tersebut, kalau kita telaah lebih lanjut:
  • Elemen depan adalah optik bagian depan lensa.
  • Aperture/ diafragma adalah bilah yang melebar atau menyempit mengikuti setting aperture kita. Baca lebih jauh tentang makna aperture dalam lensa.
  • Marking adalah notasi penanda lensa, anda bisa membaca lebih jauh mengenai notasi penamaan untuk lensa Canon, lensa Nikon dan lensa third party seperti Sigma/Tamron/Tokina.
  • Focusing ring diputar untuk menggerakkan titik fokus saat kita menggunakan manual fokus
  • Auto/Manual Fokus switch dipakai untuk mengganti mode focus langsung di lensa. Mekanismenya bisa berbeda dari satu lensa ke lensa lain.
  • Zoom ring digunakan untuk mengubah focal length di lensa zoom
  • Skala depth of field/ distance berguna saat kita menggunakan hyperfocal distance atau manual fokus
  • Rentang zoom adalah rentang focal length lensa

    sumber
»»  BACA SELANJUTNYA...

Memahami Angka Aperture Dalam Lensa

Dalam artikel ini kita akan berusaha memahami makna angka aperture dalam lensa, dan kenapa makin besar aperture lensa (angka f makin kecil) makin mahal harga sebuah lensa?
Pernahkah anda bertanya-tanya, dari mana satuan aperture yang biasanya dinyatakan dalam angka seperti ini f/4, f/5.6 atau f/22 (atau juga f4, f5.6 atau f22) berasal? dan kenapa makin besar diameter lensa dan ukuran fisik lensa makin kecil angkanya?

Angka Aperture Lensa

Gambar diatas memperlihatkan perbandingan ukuran fisik antara lensa Canon 50mm f/1.2L dan 60mm f/1.4. Angka yang menyatakan besaran aperture diatas berasal dari perbandingan antara panjang focal lensa dan ukuran diameter lensa:


aperture = panjang focal / diameter

Sebagai contoh, jika kita memiliki lensa 50mm dan ukuran diameter optik bagian depan lensa tersebut 25mm, maka kita memiliki lensa f/2 (atau juga seringkali dinyatakan sebagai f2)

aperture = 50:25 = 2

Jika panjang focal (apa itu panjang focal) lensa 50mm dan diameter lensa 50mm, berarti aperture maksimal lensanya adalah f/1. Di angka f/1, maka diameter lensa 2 kali lebih besar dibandingkan f/2, dan ada perbedaan 2 stop diantara f/1 dan f/2 (masih ingat pengertian stop kan?). Dan lensa f/1 bisa dilewati cahaya 4 kali lebih banyak dibanding lensa f/2 sehingga makin besar aperture makin cepat dan makin enak dipakai di kondisi low light.


Anda sekarang mulai menyadari kenapa tidak banyak lensa 50mm f/1. Hanya ada sejumput lensa yang memiliki aperture f/1, seperti misalnya Canon EF 50mm f/1.0L USM yang sudah diskontinyu (lihat foto-foto yang dihasilkan dari lensa hebat 50mm f/1 disini). Lensa dengan aperture f1 membutuhkan ukuran body lensa yang buesar, elemen optik yang luas supaya diameternya bisa sama dengan panjang focalnya.

Angka aperture lensa

Hal ini juga membantu menjelaskan kenapa ada perbedaan besar dalah hal harga antara lensa yang panjang focal-nya sama namun aperture maksimalnya berbeda. Contohnya, coba bandingkan antara lensa Canon 85mm f/1.2 dan Canon 85mm f/1.8. Lensa canon 85mm f/1.2L dijual dengan harga diatas Rp 20 Juta sementara lensa 85mm f/1.8 harganya sekitar Rp 4 Juta. Kalau kita kembalikan lagi dari rumus diatas, maka untuk menghasilkan lensa 85mm dengan aperture f/1.8, diamater lensa cukup dengan 47mm (85/1.8 = 47.2). Sementara untuk mendapatkan aperture f/1.2, diameter lensa 85mm tadi haruslah sekitar 70 mm, hampir dua kali lebih besar bukan? Makin banyak material, makin banyak optik dan makin susah dibuat = makin mahal.

sumber
»»  BACA SELANJUTNYA...

Cara Menggunakan Manual Fokus Dan Kapan Menggunakannya?

Kenapa harus tahu cara menggunakan manual fokus (M atau MF)? kan sudah pada canggih tuh kamera dengan teknologi autofokus terbaru? Hmm, kita tidak pernah tahu kapan akan membutuhkan manual fokus, kadang saat sedang kacau autofokus pun bisa “hunting” titik fokus kesana-kemari. Manual fokus bisa jadi penolong.
Sedikit ngelantur, tahukah anda bahwa beberapa lensa mahal seperti Leica atau Carl Zeiss justru tidak memiliki fitur autofokus?


Kapan Menggunakan Manual Fokus?

Fotografer makro banyak memanfaatkan manual fokus karena memang susah mengunci fokus saat subyek foto hanya 20cm didepan lensa. Begitu pula saat kita memotret di kondisi yang tricky, seperti saat memotret subyek yang ada dibalik kaca, atau saat kita memotret subyek yang bergerak sangat cepat dan kita hanya bisa memprediksi titik fokus diarah mau kemana subyek ini akan berada. (baca cara mengoptimalkan autofokus di kondisi low light)


Bagaimana Cara Melakukan Manual Fokus?


Langkah pertama. Switch ke M

Pertama-tama setel posisi focus di lensa, anda akan melihat marking bertanda M/A atau AF/MF di lensa, ganti di posisi M.

Manual fokus 1


Langkah 2. Putar focusing ring

Untuk menentukan fokus, kita cukup memutar ring focusing. Di lensa biasanya ada dua ring yang bisa diputar, kalau salah satu mengubah zoom maka yang lain adalah focusing ring, putarlah yang terakhir sambil mata mengintip di viewfinder. Kadang kita harus memutar kekanan dan kekiri sambil memastikan area yang ingin kita fokuskan benar-benar tajam.

Manual fokus 2


Langkah 3. Gunakan Skala Jarak

Lensa memiliki distance scale alias skala jarak di tubuhnya untuk membantu kita manual fokus, kadang saat memotret di kondisi yang gelap skala jarak ini akan sangat membantu kita memperkirakan disebelah mana focusing ring harus diputar.

Manual fokus 3


Langkah 4. Manfaatkan Layar LCD Untuk Memeriksa Ketajaman

Untuk memeriksa seberapa tajam hasil foto, cek hasil foto di layar LCD dan zoom sampai besar dan arahkan di area yang kita ingin fokusnya tajam. Biasanya saat memotret wajah, kita harus memeriksa ketajaman di area mata. Zoom daerah mata dan ulangi memotret kalau hasilnya belum tajam.

Manual fokus 4

Manual fokus sangat berbanding lurus dengan jam terbang, makin sering dilatih makin cepat kita bisa melakukannya dan hasiljnya juga makin akurat. Fotografer veteran kadang bahkan bisa mengunci fokus dengan manual fokus dalam waktu kurang dari satu detik. Selamat mencoba.

sumber
»»  BACA SELANJUTNYA...

Tips Singkat Foto Pantai di Siang Bolong

Saat memotret di pantai yang cerah dan berlangit biru, kalau anda menggunakan auto exposure secara langsung, maka hasilnya akan terlalu gelap. Ada trik yang bisa dipakai dalam situasi ini. Yang anda butuhkan hanyalah kamera yang mengijinkan anda memotret dalam manual exposure dan memiliki tombol exposure lock, jadi semua DSLR-mirrorless ataupun kamera saku yang canggih. Begini caranya:

  1. Set manual exposure di kamera
  2. Arahkan pada langit sehingga semua yang tampak di viewfinder maupun LCD screen hanyalah langit biru tersebut, pastikan tidak tampak pasir atau awan disana.
    tips-foto-pantai

  3. Baca metering pada langit. Sesuaikan setelan aperture atau shutter speed agar metering tidak menunjukkan over exposure ataupun under exposure.
  4. Kalau kamera memiliki opsi mengunci exposure (exposure lock – baca disini caranya), gunakan. Arahkan ke langit – lakukan metering – ubah setelan aperture/shutter speed – lalu pencet tombol AEL, tahan jangan lepaskan.
  5. Sekarang susun ulang komposisi foto anda sambil jempol tetap menekan tombol AEL, lalu jepret tombol shutter.
Selesai dan selamat mencoba.

sumber
»»  BACA SELANJUTNYA...

Perspektif Foto: Dari Bawah

Mata kita dalam keseharian sudah terbiasa melihat lurus kedepan. Oleh karena itu untuk membuat foto yang dramatis, unik dan lain dari yang lain, kita harus mencoba memotret dari sudut yang tidak biasa dirasakan kebanyakan orang. Salah satu angle yang patut anda coba adalah memotret dari bawah.

From Below


Untuk mencoba perspektif ini, anda harus melongok keatas, rebahan ke tanah atau sekedar jongkok lalu mencari sudut yang paling menarik yang tampak di viewfinder. Bagi orang yang lalu lalang mungkin terlihat aneh, tapi buat kita yang ingin menghasilkan foto yang bagus… priceless.

God's Wedding Gift

Memotret dari bawah juga menghasilkan kesan vertikal yang kokoh, elegan sekaligus lebih besar dari kenyataanya, terutama jika kita mengambilnya dengan lensa lebar:

Look up!!

Jadi jika anda bingung, lain kali mendongaklah dan lihatlah pemandangan diatas sana dari dalam viewfinder kamera anda.


Quentin Tarantino dan Perspektif dari Bawah

Kalau dalam artikel terdahulu belfot membahas bagaimana sutradara legendaris Stanley Kubrick menggunakan perspektif titik lenyap, maka ternyata sutradara eksentrik Quentin Tarrantino banyak memainkan perpsektif dari bawah dalam film-filmnya (Kill Bill, Pulp Fiction, Reservoir Dogs, Inglorious Basterds).

sumber
»»  BACA SELANJUTNYA...

Memahami Exposure Compensation Dan Cara Settingnya

Sehebat-hebatnya kamera, saat menggunakan salah satu dari mode ini: mode program, shutter priority atau aperture priority, kamera bisa melakukan kesalahan dalam mengukur kondisi pencahayaan sebuah obyek foto. Seperti diterangkan dalam artikel mengenai sisterm metering, kamera memiliki kecenderungan membawa sebuah obyek foto mendekati warna 18% abu-abu. Inilah saatnya anda menggunakan exposure compensation.
Exposure comp a

Exposure compensation alias kompensasi exposure adalah cara untuk mememerintahkan kamera membiarkan lebih banyak/lebih sedikit cahaya masuk ke lensa terlepas dari hasil pengukuran lightmeter.


Mengakali Kelemahan Sistem Metering Kamera

Kelamaham sistem metering kamera yang membawa semua obyek ke 18 abu-abu artinya obyek foto yang didonimasi warna putih oleh kamera akan sedikit digelapkan sehingga menuju abu-abu sehingga foto secara keseluruhan menjadi under exposure sementara obyek foto yang didominasi warna hitam akan sedikit diterangkan menuju abu-abu sehingga foto secara keseluruhan menjadi over exposure.
Dengan exposure compensation kita bisa mengembalikan foto yang under ataupun over tadi sehingga warna putih akan kembali putih dan hitam kembali tampak hitam. Lihat contoh foto dibawah ini, warna putih pada salju akan membuat kamera mennghasilla foto yang under exposure, sehingga dibutuhkan kompensasi sebanyak +2/3 Ev (+2/3 stop) untuk membuat salju kembali tampak putih (silahkan baca pengertian stop disini):
Overexposed


Tanpa exposure compensation

Foto dibawah ini dihasilkan dengan mode aperture priority dan tanpa melakukan kompensasi exposure. Karena obyek foto didominasi warna hitam, maka secara otomatis kamera akan membuatnya lebih terang, menghasilkan foto yang over exposure sehingga warna hitam menjadi seperti abu-abu:
Erica with no exposure compensation-2.jpg


Dengan Exposure Compensation -1 EV (stop)

Karena dalam kondisi diatas kamera menghasilkan foto yang terlalu terang, maka kita melakukan kompensasi exposure, saat diset di posisi -1EV hasilnya seperti ini;
Erica with -1 stop exposure compensation.jpg


Dengan exposure compensation -2EV (-2 stop)

Bagaimana kalau kita ingin menghasilkan foto low key yang cenderung lebih gelap lagi? kita bisa mempergelap foto tadi dengan mengeset exposure compensation di posisi -2EV (kurangi 2 stop), lihat hasilnya:
Erica with -2 stops exposure compensation.jpg


Cara Setting Exposure Compensation di Kamera DSLR Canon/Nikon

Di kamera DSLR Canon, setting kompensasi eksposure bisa dilakukan dengan cara seperti ini (contoh pada Canon 60D
Exposure comp canon
  • Gunakan jempol anda untuk memutar quick contol dial kekanan atau kekiri sembari mata anda melihat panel LCD atas.
  • Memutar tombol ke kiri memrintahkan kamera untuk meng-underexpose foto sementara memutar kekanan memerintahkan kamera untuk over
  • Anda juga bisa memanfaatkan layar LCD dibelakang dengan Quick Control screen seperti dalam gamar sebelah kiri diatas
Pada kamera DSLR Nikon, setting kompensasi exposure dilakukan dengan cara seperti ini (contoh Nikon D7000:
Nikon D7000 From Snapshots to Great Shots pdf  page 189 of 289
  • Dengan jari telunjuk, pencet tombol exposure compensation
  • Dengan tombol exposure compensation tetap ditekan, gunakan jempol anda untuk memutar roda command dial dibelakang kamera ke kekiri atau kekanan
  • Lihat panel LCD diatas, angka yang ditunjukkan sembari anda memutar memperlihatkan seberapa besar kompensasi expsoure yang anda setel


Beberapa Catatan Mengenai Kompensasi Exposure

Berikut beberapa catatan mengenai kompensasi eksposure;
  • Hanya bisa dipakai saat anda menggunakan mode program, shutter atau aperture priority
  • Tidak bekerja di mode auto
Untuk kamera lain, silahkan cek di buku manual atau silahkan otak-atik sendiri. Nah selamat mencoba.

sumber
»»  BACA SELANJUTNYA...

Hubungan Antara Aperture dan Depth Of Field (Ilustrasi)

Banyak sekali pertanyaan dari pembaca mengenai konsep aperture, terutama sekali mengenai hubungan antara aperture, bukaan lensa dan ruang tajam (depth of field – DOF). Seperti sudah kita jelaskan di artikel mengenai aperture ini, setting aperture di kamera anda akan mempengaruhi sebesar apa lensa terbuka. Dan seberapa besar lensa terbuka mempengaruhi bidang tajam alias depth of field obyek yang tertangkap di kamera. Nah untuk membantu anda memahaminya dengan jelas, kita buatkan ilustrasi dibawah ini:
Aperture ruang tajam dof
sumber
»»  BACA SELANJUTNYA...

5 Setting Kamera Yang Harus Diperiksa Sebelum Mulai Memotret

Pernah tidak mengalami kejadian seperti ini?
  • Anda pulang dari acara memotret dan baru menyadari bahwa tadi di sepanjang pemotretan anda menggunakan ISO 1200, padahal acaranya dilaksanakan di siang bolong saat ISO 200 saja cukup
  • Anda baru menyadari bahwa anda menggunakan settingan white balance untuk mendung, padahal dari awal acaranya dilakukan diruangan dengan penerangan lampu neon
Kesalahan mendasar seperti ini membuat kita harus bersusah payah melakukan koreksi pada foto, kalau satu dua sih tidak masalah, kalau ratusan foto?. Okelah, mungkin dengan bantuan software kita bisa melakukan koreksi dengan relatif cepat, tapi bukankah lebih enak kalau kesalahan seperti ini bisa dihindari sejak awal.
Secara mendasar, ada 5 setting di kamera digital anda yang harus selalu diperiksa sebelum jari memencet tombol shutter pertama kali dalam sebuah sesi pemotretan. Silahkan:



1. Periksa Settingan White Balance Anda

Settingan White Balance

Gunakan settingan white balance yang sesuai dengan kondisi, atau kalau anda percaya dengan kamera, set white balance di posisi auto. Baca lebih jauh tentang white balance.


2. Hidupkan Highlight Warning Kamera

Highlight Warning

Tips ini ampuh untuk menghindari foto yang overexposure. Highlight warning adalah penanda yang muncul di layar LCD kamera saat ada bagian foto yang terbakar alias overexposed. Selain menggunakan highlight warning, anda juga bisa memeriksa histogram di LCD kamera digital anda.


3. Periksa Setting ISO

Settingan ISO

Settingan ISO menentukan seberapa peka sensor kamera terhadap cahaya, makin tinggi angkanya semakin peka. Kalau tadi malam anda memotret pesta ulang tahun teman anda di restoran, pastinya ISO yang digunakan akan berbeda dengan setting ISO saat akan digunakan untuk memotret acara gerak jalan dijalan raya.

Baca lebih jauh mengenai ISO disini.


4. Periksa Setting Ukuran dan Format Foto

Ukuran foto

Memotret ribuan foto sekaligus, seperti misalnya saat anda hunting di kebun binatang (baca tips memotret di kebun binatang), tentunya membutuhkan pengaturan ukuran foto yang berbeda dibandingkan memotret keluarga di studio misalnya, apalagi jika kartu memori yang anda miliki kapasitasnya berbeda.


Format foto, apakah harus memilih JPG atau RAW juga wajib dipertimbangkan sebelum sesi foto anda dimulai.


5. Periksa Settingan Mode Exposure Kamera

Setting mode eksposure

Dalam kamera SLR atau pocket, biasanya tersedia beberapa pilihan untuk mode eksposur yang anda pilih: Manual – Aperture PriorityShutter PriorityMode Program dan beberapa preset bawaan kamera digital. Pastikan anda sudah mengetahui mode mana yang akan anda pilih.

Mengenai mode eksposur dan beberapa preset, silahkan baca lebih jauh disini.

Lakukan 5 persiapan diatas, maka acara hunting, sesi memotret maupun iseng-iseng memotret acara di RT anda akan lebih lancar dan anda juga akan terlihat lebih jago.

sumber
»»  BACA SELANJUTNYA...

Lensa Zoom vs Prime?

Setelah artikel ini membahas tentang apa itu lensa prime serta mengetahui beberapa keistimewaan lensa prime, mungkin mulai timbul pertanyaan, lalu apa yang sebaiknya saya beli? lensa zoom atau prime?
Lensa zoom vs prime

Jawabannya akan sangat subyektif dan relatif. Namun sebelum terlalu jauh, bagi anda yang belum tahu apa itu lensa zoom, lensa zoom adalah lensa yang memiliki focal length variabel. Jadi kalau anda memiliki lensa kit 18-55mm, itu adalah lensa zoom. Begitu juga lensa 70-200mm adalah lensa zoom. Oke kita coba bedah lebih jauh lensa zoom vs prime.

catatan: Artikel ini akan banyak memakai istilah lensa yang munngkin terdengar asing, silahkan baca aturan penamaan lensa Canon atau penamaan lensa Nikon jika anda menemukan singkatan yang anda belum paham. Bacaan mengenai focal length, full frame vs apsc (crop) serta crop factor juga akan membantu anda memahami.


Kenapa Kebanyakan Orang Memakai lensa Zoom?

Lensa zoom mulai menjadi sangat populer karena dengan perkembangan teknologi, kualitas optik dan material lensa zoom mulai bisa mendekati kualitas lensa prime. Hal ini berbeda dibanding misalnya di tahun 80-an dimana hampir semua fotografer pro hanya membeli lensa prime karena kualitas lensa zoom masih sangat jauh tertinggal. Saat ini, hampir tiga perempat lensa yang dibeli oleh fotografer (pro maupun amatir) adalah lensa zoom. Ini juga didorong oleh fakta bahwa sebagian besar orang yang baru pertama kali membeli kamera, memilih jenis paket kit dimana kamera dijual dengan lensa zoom dalam satu paket sehingga lebih hemat.


Beberapa Keuntungan Lensa Zoom Dibanding Lensa Prime

1. Fleksibel, keuntungan terbesar lensa zoom adalah kita cukup membeli satu lensa dan bisa menjangkau beberapa titik focal length penting. Katakanlah anda memiliki lensa 18-55mm untuk kamera berformat APSC (crop), maka anda bisa menggunakan lensa tersebut untuk foto lanskap di focal length 18mm atau foto portrait di focal length 55mm. Fleksibilitas inilah alasan diciptakannya lensa zoom.

2. Lebih Murah Saat Memulai
, kalau anda memiliki lensa 18-55mm untuk kamera APSC (crop), maka anda serasa memiliki 3 lensa prime sekaligus: lensa lebar disisi 18mm, lensa standar disisi 30mm serta sekaligus lensa tele pendek disisi 55mm. Lensa kit dengan focal length 18-55mm memang banyak kelemahannya dan tidak bisa dibandingkan kualitasnya dengan masing-masing lensa prime di ketiga focal length tersebut. Namun bagi mereka yang baru mulai mengenal fotografi serta ingin berkompromi dengan dompet, opsi ini lebih memenuhi kebutuhan dan lebih terjangkau.


3. Enak Dibawa Traveling
, saat traveling kita ingin menikmati perjalanan namun juga ingin tetap memotret. Dalam situasi ini, lensa zoom adalah sahabat sejati. Dengan lensa zoom, kita bisa memotret sebuah subyek menarik tanpa harus kerepotan mendekat atau menjauh. Cobalah traveling dengan lensa 18-200mm, maka kita bisa bermalasan memotret dari tempat kita berdiri. Dari obyek yang jauh sampai obyek yang dekat semua hampir tercover. Dengan lensa prime kita harus berjalan mendekat (atau menjauh) supaya obyek tadi pas masuk di frame.


4. Kualitas Optik Lensa Zoom Kelas Pro Tidak Kalah Jauh Dengan Prime
, pernah memakai lensa 24-70mm f/2.8 VR II punya Nikon? atau 70-200mm f/2.8 IS II punya Canon? kedua lensa ini diakui adalah lensa super tajam dan handal dan banyak dipakai fotografer pro. Apalagi dengan tambahan fitur macam stabilisasi getaran (IS/VR) dimana kita bisa menghemat beberapa stop, maka aperture maksimal yang hanya f/2.8 bisa diakali dengan IS/VR. Tambahkan ini dengan fakta bahwa lensa prime 24mm f/1.4, meskipun kualitasnya lebih superior namun harganya nyaris sama dengan lensa 24-70mm tadi.


5. Lensa Khusus Kamera Crop Lebih Banyak Zoom
, dipasaran mayoritas lensa khusus kamera APSC adalah lensa zoom, kecuali mungkin lensa dengan kegunaan khusus. Lensa khusus crop biasanya ditandai dengan EF-S (canon), DX (Nikon) atau DC (Sigma), lensa ini banyak tersedia sampai di kota kecil dan harganya sangat terjangkau karena memang dirancang untuk dipakai di kamera yang dipakai pemula dan semi-pro.


6. Lensa Zoom Adalah Kompromi Yang Cukup Masuk Akal
, tidak semua orang butuh aperture maksimum sampai f/1.4, kalau anda banyak memotret landscape anda justru akan lebih banyak menggunakan f/8 sampai f/16. Sementara sembari menggemari landscape (20mm atau kurang), anda juga masih tetap ingin sesekali membuat foto portrait teman atau anak anda (50mm atau lebih). Dalam situasi ini, kompromi kerap menjadi pilihan mayoritas orang dan lensa zoom adalah solusinya. Belum lagi saat memakai prime kita kadang harus menggonta-ganti lensa di tengah pemotretan, kecuali memakai 2 kamera di tangan.


Beberapa Kekurangan Lensa Zoom Dibandingkan Lensa Prime

Selain keistimewaan lensa prime yang bisa anda baca disini, berikut beberapa tambahan:

1. Aperture Maksimal Yang Berubah
, mengenai ini dibahas di artikel berikut, silahkan dibaca ya.


2. Lensa Zoom Berkualitas Itu Berat dan Besar
, lensa Nikon 70-200mm VR II memang bagus, namun tahukah anda kalau beratnya sekitar 1,5 Kg. Bandingkan dengan lensa Nikon 85mm f/1.4G yang hanya sepertiganya (0,5 Kg) atau lensa Canon 135mm f/2 L yang hanya separuhnya (sekitar 0,75 Kg). Kalau anda fotografer portrait atau fashion dan bekerja seharian mengangkat lensa ini (plus kamera yang mencapai 1 Kg beratnya), besar kemungkinan anda lebih suka bekerja dengan kedua lensa prime barusan.


3. Bokeh, low light dan DOF
, dipasaran hampir tidak ada lensa zoom yang memiliki aperture maksimal lebih besar dari f/2.8 (kecuali lensa untuk kamera pocket, super zoom atau mungkin four third). Ini artinya, dari segi bokeh, kontrol depth of field serta kinerja di kondisi minim cahaya lensa zoom masih tertinggal dari prime. Lensa prime saat ini sudah banyak yang memiliki aperture maksimal di angka f/1.4 atau bahkan beberapa di f/1.2, dan ini adalah fitur yang dicari oleh mereka yang serius.


4. Lensa Super Tele hampir Tidak Ada Yang Zoom
, lensa dengan focal length 400mm atau lebih panjang hampir tidak pernah diproduksi varian zoom-nya. memproduksi lensa zoom super tele dipastikan menghasilkan lensa yang sangat berat, raksasa dan harganya tidak terjangkau.


Jadi, Lensa Prime atau Zoom?

Kembali lagi ke pertanyaan ini. Jalan paling aman bagi anda yang baru memulai adalah mengkombinasi keduanya namun tetap disesuaikan dengan budget. Saat baru pertama kali membeli kamera, membeli paket lensa zoom kit yang dijual bersama kamera adalah pilihan awal bijaksana.

Sebagai ilustrasi, paket kit kamera EOS 600D + lensa 18-55mm dijual dengan harga Rp. 6.3 Juta, sementara kalau anda membeli kamera 600D body only harganya Rp. 5.8 Juta. Jadi lensa 18-55mm kit dalam paket kit hanya dihargai Rp. 500 ribu (murah sekali bukan?).

Selain karena lebih murah, juga karena kita bisa mengeksplorasi beragam focal length yang mungkin menarik, dari lebar (18mm misalnya) sampai mendekati tele (70mm). Kalau anda juga ingin merasakan keistimewaan lensa prime, anda bisa membeli lensa 50mm f/1.8 yang fantastis namun sangat terjangkau, atau memilih lensa dengan focal length standar yang sesuai.

Saat visi, jam terbang dan kemampuan bertambah, lensa zoom kit yang seharga Rp. 500 ribu tadi akan mulai membuat gerah dan bosan. Ini ditambah kemungkinan besar anda kini mulai tahu spesialisasi mana yang merupakan panggilan jiwa dan paling menarik, sehingga bisa mulai membuat prioritas. Kalau anda ingin fokus di landscape, maka pilihan langkah berikutnya akan mengerucut pada lensa zoom sudut lebar atau lensa prime sudut lebar lebar. Dalam hal ini anda sudah tahu konsekuensi masing-masing pilihan antara zoom dan prime seperti diulas disepanjang artikel ini.

sumber
»»  BACA SELANJUTNYA...

Belajar Komposisi Foto: Perspektif dan Titik Lenyap

Kalau anda pernah menyimak guru seni rupa memberi penjelasan teori seni rupa, maka kata perspektif pasti pernah terlintas. Perspektif dalam seni rupa adalah bagaimana memberi kesan ruang pada lukisan, bagaimana agar benda yang dilukis dalam kanvas (atau kertas) seolah-olah benar-benar memiliki dimensi ruang. Nah karena fotografi banyak sekali meminjam teori seni rupa, terutama dalam hal komposisi, ada perlunya kita mengetahuinya.

boardwalk in mangrove forest

Dalam fotografi, salah satu cara paling efektif memberi perspektif pada foto adalah dengan memanfaatkan titik lenyap (atau titik hilang = vanishing point). Apa?? titik lenyap? lenyap kemana? ke pintu Doraemon?. Bukan, dinamai titik lenyap karena seolah-olah sebuah benda, makin ke belakang posisinya akan makin mengecil bentuknya.

Dengan memanfaatkan titik lenyap ini, saat memotret jalan maka akan terlihat makin mengecil dan menyempit sehingga memberi kesan jarak yang jauh. Saat anda memotret deretan tiang listrik dan kabelnya, semakin kebelakang akan terlihat makin pendek dan lama-lama berimpit membentuk titik. Nah, titik inilah yang disebut titik lenyap. Lihat foto diatas, jembatan kayu ini besar diawal dan makin kecil kebelakang seolah-olah ujung keduanya menyatu menjadi titik, lenyap.

Foto diatas adalah contoh sempurna untuk perspektif 1 titik lenyap (one point perpective), dimana jembatan menjadi penunjuk jelasnya. Kalau ada 1 titik, apakah ada 2 titik. Ada, silahkan lihat contoh foto dibawah ini:

split level
memotret dari sudut gedung membuat kita memiliki 2 titik perspektif yang dibentuk oleh 2 bidang tembok dari gedung diatas. sisi tembok kanan menyempit kesatu titik, sisi tembok disebelah kiri menyempit ke titik lain

Nah bagaimana dengan perspektif banyak titik, seperti foto dibawah:

vanishing point

Oke, semoga berguna dan selamat memanfaatkan perspektif dalam foto anda, lihat juga 20 foto dengan titik lenyap menarik ini.

sumber
»»  BACA SELANJUTNYA...

Memahami Mode Aperture Priority Kamera Digital

Dalam menggunakan kamera DSLR maupun kamera mirrorless, atau bahkan kamera saku kelas atas, kita disuguhi beberapa pilihan mode pengoperasian untuk mengontrol exposure. Salah satunya adalah mode Aperture Priority (mode lain: Mode Program, Mode Shutter Priority dan Mode Auto). Mode aperture priority biasanya disimbolkan dengan huruf A atau Av di tombol kontrol kamera anda. Sebelum melangkah terlalu jauh, penting bagi anda untuk memahami dasar konsep exposure, konsep aperture dan depth of field dan memahami segitiga fotografi.
Mode aperture priority 1


Konsep

Dalam mode aperture priority ini, kamera memberi kebebasan bagi kita untuk mengontrol nilai aperture, sementara kamera akan menghitung dan menentukan nilai shutter speed. Nilai ISO bisa kita set dari awal, atau bahkan kita bisa memilih auto ISO.Cobalah putar posisi mode di A atau Av, lalu tentukan bahwa anda ingin memotret menggunakan aperture f/4 dan ISO 200. Lakukan metering pada sebuah subyek foto, lalu lihat nilai shutter yang dipilih kamera. Sekarang gantilah nilai aperture ke posisi f/8 lalu ulangi metering pada subyek yang sama, maka shutter speed akan berubah.
Mode Aperture Priority 2


Kapan Menggunakan Aperture Priority?

Aperture Priority cocok digunakan saat kita benar-benar ingin mengontrol secara penuh bidang tajam atau depth of field sebuah foto. Saat dimana kita ingin menentukam mana area foto yang tajam dan mana yang ingin kita buat blur, maka aperture priority menjadi penting. Pemanfaatan depth of field secara kreatif akan menambah daya tarik foto.
Contohnya adalah saat anda memotret foto landscape seperti dibawah ini. Foto landscape yang baik biasanya memiliki elemen foreground (area yang dekat dengan lensa: deret pasir didepan) yang baik namun juga memiliki elemen background (area foto yang jauh dari lensa: tonggak batu dibelakang) yang kuat. Untuk memastikan agar foreground dan background tertangkap dengan tajam, anda menggunakan bukaan lensa yang kecil (angka aperture besar) misal f/11. Maka anda menggunakan aperture priority dan menyetel posisi aperture kamera di f/11. Dengan ISO yang kita pilih maka kamera akan menghitung nilai shutter speed.
West Mitten in Monument Valley

Contoh penggunaan aperture priority lain adalah saat ingin menghasilkan bokeh (baca tips foto bokeh ini dan ini, tips bokeh dengan kamera saku disini). Foto bokeh memiliki ciri subyek utama tajam dan background yang kabur. Untuk memaksimalkan bokeh, kita menggunakan bukaan lensa yang besar (nilai aperture kecil), misal f/2.8. Dan kemudian kita lakukan hal yang sama seperti pada kamera seperti pada contoh foto landscape diatas.

Penggunaan lain aperture priority adalah saat memotret panorama maupun foto HDR, dimana foto ini dihasilkan dari beberapa foto terpisah yang dijahit atau di merge. Agar bidang konsisten dari satu foto ke foto lainnya, kita menggunakan aperture priority (agar titik fokus sama, gunakan juga manual fokus) saat mengambil rangkaian foto panorama atau HDR sebelum di jahit atau di merge di Photoshop. Fotografer makro juga menanfaatkan aperture priority untuk mengontrol ruang tajam subyek dan latar belakangnya.
Golden
Dalam foto makro ini, nilai aperture f/9 dipilih untuk memastikan keseluruhan bunga dibagian depan terlihat tajam sambil mengaburkan bunga dibelakangnya.


Apa Kelebihan Aperture Priority dibanding Program Mode atau Auto?

Dalam mode aperture priority, kita memiliki keyakinan bahwa ruang tajam yang ingin kita buat benar-benar dieksekusi oleh kamera. Sementara pada mode program dan auto, karena kamera yang menentukan nilai aperture, maka apa yang menjadi keinginan kita belum tentu sesuai dengan hasil perhitungan kamera. Memang benar, bahwa dalam mode program kita bisa mengubah nilai aperture menggunakan program shift, namun untuk melakukannya kita harus memencet beberapa tombol tambahan sehingga menjadi kurang praktis.

sumber
»»  BACA SELANJUTNYA...

Seni Melihat: Melatih Komposisi Bagi Fotografer – Bagian 1

Mata adalah aset terpenting dalam fotografi. Kita menyusun sebuah foto dari visi yang ditangkap mata dan pada akhirnya foto juga dinikmati dengan mata. Yang menjadi salah kaprah adalah anggapan bahwa kualitas foto hanya ditentukan oleh teknik dan alat. Memang ada benarnya, namun itu hanyalah sebagian. Karena mata adalah visi, maka sebenarnya dengan melatih cara melihat dan menyusun komposisi foto, kita justru bisa meningkatkan kemampuan fotografi kita secara drastis, semua tanpa modal selain kemauan dan kamera yang sudah kita miliki.

Seni melihat fotografi

Manakala kemampuan dan seni melihat, mengenali dan menyusun sebuah obyek foto sudah terasah, maka foto kita kan makin menarik dibanding sebelumnya. Hal-hal yang tampak membosankan dan biasa, ditangan fotografer dengan mata jeli bisa menjelma menjadi foto yang sangat menarik. Nah artikel ini akan membahas beberapa tips dasar untuk melatih seni melihat alias melatih kejelian mata anda dalam mengenali obyek foto dan menterjemahkannya menjadi foto dengan komposisi menarik.

Berikut beberapa langkah awal:
  1. Ambil satu obyek foto yang simpel, misalnya “garis”, “lingkaran” atau “kotak”. Dalam satu minggu paksalah diri anda hanya memotret obyek ini. Kalau dari awal anda menetapkan hanya akan memotret foto dengan obyek berupa garis, selama satu minggu luangkan waktu setiap hari untuk hanya memotret garis. Lupakan obyek foto lain, fokus pada garis: garis marka jalan, garis kabel listrik, garis di gedung bertingkat. Begitu pula untuk obyek simpel lain.
  2. Makin kesini, mata kita akan makin tajam mengenali garis dalam setiap kemunculannya. Sekarang mulailah memotret garis dalam segala interpretasinya. Garis yang terbentuk di daun pisang, pola garis menarik yang muncul di kayu. Cari dan temukan garis dalam interpretasi yang lebih mendalam. Lakukan ini seminggu.
  3. Setelah selesai dengan hal-hal simpel, mulailah dengan obyek yang lebih abstrak. Misalnya: “pantulan”, “pergerakan” atau “biru”. Sebagai contoh disini anda memilih “pantulan”. Mulailah memotret pantulan yang muncul dalam obyek-obyek seperti ini: di kaca, di keramik, cermin, air dll.
  4. Lakukan langkah 1 sampai 3 dengan target obyek yang berbeda. Lakukan selama beberapa bulan. Tentu anda tidak harus sepanjang hari memotret obyek tersebut, namun luangkan waktu paling tidak setiap harinya khusus untuk memenuhi target anda ini. Bawa kamera kemanapun anda pergi.
  5. Hasil latihan diatas mulai berbuah tatkala anda mulai bisa melihat interpretasi yang lebih kompleks dan sifatnya kombinasi. Sebagai contoh interpretasi kompleks dan kombinatif: pantulan garis-garis merah yang muncul di jendela kaca dengan lingkaran disekelilingya.
Selamat mencoba dilapangan.

sumber
»»  BACA SELANJUTNYA...